Hikayah, ada seorang pemuda yang melakukan perjalanan (musafir) menuju daerah tertentu bersama bapaknya. Ditengah perjalanan, takdir Allah SWT berkehendak, bapak pemuda tersebut meninggal dunia. “Laa haula walaa quwwata illaa bilaah.” Kebingungan yang menjadi – jadi, di tengah perjalanan atas kematian bapaknya, ditambah lagi setelah kematianya jasad bapaknya menghitam, wajahnya redup, jauh dari aura kebaikan, jasadnya tercium bau anyir yang membuat muntah siapa saja yang mendekat. Ibarat kata, sudah jatuh tertimpa tangga. Sudah merasa kehilangan atas meninggalnya bapaknya ditambah alamat buruk yang menimpa bapaknya.
Singkat cerita, ketika menunggu jasad bapaknya, tiba – tiba pemuda tersebut mengalami kantuk yang sangat, hingga tertidur. Sekejab, terasa nyata. Pemuda tersebut ditemui seorang yang berseri wajahnya dan aroma semerbab wangi mengiringi kedatangannya, tiba-tiba dia menyentuh seluruh jasad bapaknya dan terlebih wajahnya. Aneh, begitu setelah dilewati tangan orang asing berwajah berseri tersebut, tiba-tiba semua jasad bapak pemuda itu menjadi putih bersinar dan menebarkan aroma mewangi.
Lalu pemuda itu bertanya, “Siapakah engkau wahai orang asing, yang telah memberikan kenikmatan kepada bapakku?”. “Bapak kamu” kata orang asing itu. Dia, dulu semasa hidupnya termasuk orang yang mendhalimi dirinya sendiri, dan dia suka menghambur-hamburkan harta. Aku adalah, “Muhammad”, Seorang rasul utusan Allah. Karena bapakmu semasa hidupnya suka memperbanyak shalawat kepadaku, maka aku datang sebagai syafa’a untuknya.
Tiba-tiba pemuda tersebut terbangun, dan mencium aroma wangi, wajah dan jasad bapaknya bersinar, sebagaimana yang disaksikan kala tertidur sejenak. Kemudian dia bergegas mengurusi jasad bapaknya, dan kemudian mengebumikannya. Allahumma shalli wa sallim ‘ala sayyidina muhammad.
Cerita ini dinukil dari “Tanqiyatul Quluub Fii Ma’rifati ‘Allaamul Ghuyub” karya As-Syaikh Badruddin Al-Bathuuni, Shahifah: 205.
إرسال تعليق