Kasidah Burdah adalah salah satu karya palingpopuler dalam
khazanah sastra Islam. Isinya, sajak-sajak pujian kepadaNabi Muhammad
SAW, pesan moral, nilai-nilai spiritual, dan semangatperjuangan, hingga
kini masih sering dibacakan di sebagian pesantrensalaf dan pada
peringatan Maulid Nabi. Buku ini telah diterjemahkan kedalam berbagai
bahasa seperti Persia, Turki, Urdu, Punjabi, Swahili,Pastum, Melayu,
Sindi, Inggris, Prancis, Jerman dan Italia.
Pengarang Kasidah Burdah ialah Al-Bushiri(610-695H/ 1213-1296 M). Nama lengkapnya, Syarafuddin Abu AbdillahMuhammad bin Zaid al-Bushiri. Dia keturunan Berber yang lahir diDallas, Maroko dan dibesarkan di Bushir, Mesir, Dia seorang murid Sufibesar, Imam as-Syadzili dan penerusnya yang bernama Abdul Abbasal-Mursi – anggota Tarekat Syadziliyah. Di bidang ilmu fiqih, AlBushiri menganut mazhab Syafi’i, yang merupakan mazhab fiqih mayoritasdi Mesir.
Di masa kecilnya, ia dididik oleh ayahnya sendiri dalam mempelajari Al Quran di samping berbagai ilmu pengetahuanlainnya. Kemudian ia belajar kepada ulama-ulama di zamannya. Untukmemperdalam ilmu agama dan kesusateraan Arab ia pindah ke Kairo. Disana ia menjadi seorang sastrawan dan penyair yang ulung. Kemahirannyadi bidang sastra syair ini melebihi para penyair pada zamannya.Karya-karya kaligrafinya juga terkenal indah.
Sebagian ahlisejarah menyatakan, bahwa ia mulanya bekerja sebagai penyalinnaskah-naskah. Louis Ma’luf juga menyatakan demikian di dalam KamusMunjibnya.
Sajak-sajak pujian untuk Nabi dalam kesusasteraanArab dimasukkan ke dalam genre al-mada’ih an-nabawiyah, sedangkan dalamkesusasteraan-kesusasteraan Persia dan Urdu dikenal sebagaikesusasteraan na’tiyah (kata jamak dari na’t, yang berarti pujian). Sastrawan Mesir terkenal, Zaki Mubarok, telah menulis buku denganuraian yang panjang lebar mengenai al-mada’ih an-nabawiyah. Menurutnya,syair semacam itu dikembangkan oleh para sufi sebagai cara untukmengungkapkan perasaan religius yang Islami.
Kasidah Burdahterdiri atas 160 bait (sajak), ditulis dengan gaya bahasa (usiub) yangmenarik, lembut dan elegan, berisi panduan ringkas mengenai kehidupanNabi Muhammad SAW, cinta kasih, pengendalian hawa nafsu, doa, pujianterhadap Al Quran, Isra’ Mi’raj, jihad dan tawasul.
Denganmemaparkan kehidupan Nabi secara puitis, AI-Bushiri bukan sajamenanamkan kecintaan umat Islam kepada- Nabinya, tetapi jugamengajarkan sastra, sejarah Islam, dan nilai-nilai moral kepada kaumMuslimin. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika kasidah Burdahsenantiasa dibacakan di pesantren-pesantren salaf, dan bahkan diajarkanpada tiap hari Kamis dan Jumat di Universitas AI-Azhar, Kairo.
Al-Bushirihidup pada suatu masa transisi perpindahan kekuasaan dinasti Ayyubiyahke tangan dinasri Mamalik Bahriyah. Pergolakan politik terusberlangsung, akhlak masyarakat merosot, para pejabat pemerintahanmengejar kedudukan dan kemewahan. Maka munculnya kasidah Burdah itumerupakan reaksi terhadap situasi politik, sosial, dan kultural padamasa itu, agar mereka senantiasa mencontoh kehidupan Nabi yangbertungsi sebagai uswatun hasanah (suri tauladan yang baik),mengendalikan hawa nafsu, kembali kepada ajaran agama yang murni, AlQuran dan Hadis.
1.Baju (jubah) kebesaran khalifah yang menjadi salah satu atributkhalifah. Dengan atribut burdah ini, seorang khalifah bias dibedakandengan pejabat negara lainnya, teman-teman dan rakyatnya.
2. Nama dari kasidah yang dipersembahkan kepada Rasulullah SAW yang digubah oleh Ka’ab bin Zuhair bin Abi Salma.
Padamulanya, burdah (dalam pengertian jubah) ini adalah milik Nabi MuhammadSAW yang diberikan kepada Ka’ab bin Zuhair bin Abi Salma, seorangpenyair terkenal Muhadramin (penyair dua zaman: Jahiliyah dan Islam).Burdah yang telah menjadi milik keluarga Ka’ab tersebut akhirnya dibelioleh Khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan seharga duapuluh ribu dirham,dan kemudian dibeli lagi. oleh Khalifah Abu Ja’far al-Manshur daridinasti Abbasiyah dengan harga empat puluh ribu dirham. Oleh khalifah,burdah itu hanya dipakai pada setiap shalat fd dan diteruskan secaraturun temurun.
Riwayat pemberian burdah oleh Rasulullah SAWkepada Ka’ab bin Zuhair bermula dari Ka’ab yang menggubah syair yangsenantiasa menjelek-jelekkan Nabi dan para sahabat. Karena merasaterancam jiwanya, ia lari bersembunyi untuk menghindari luapan amarahpara sahabat. Ketika terjadi penaklukan Kota Makkah, saudara Ka’ab yangbernama Bujair bin Zuhair mengirm surat kcpadanya, yang isinya antaralain anjuran agar Ka’ab pulang dan menghadap Rasulullah, karenaRasulullah tidak akan membunuh orang yang kembali (bertobat). Setelahmemahami isi surat itu, ia berniat pulang kembali ke rumahnya danbertobat.
Kemudian Ka’ab berangkat menuju Madinah. Melalui‘tangan’ Abu Bakar Siddiq, di sana ia menyerahkan diri kepadaRasulullah SAW. Ka’ab memperoleh sambutan penghormatan dari Rasulullah.Begitu besarnya rasa hormat yang diberikan kepada Ka’ab, sampai-sampaiRasulullah melepaskan burdahnya dan memberikannya kepada Ka’ab.
Ka’abkemudian menggubah kasidah yang terkenal dengan sebutan Banat Su’ad(Putri-putri Su’ad), terdiri atas 59 bait (puisi). Kasidah ini disebutpula dengan Kasidah Burdah. la ditulis dengan indahnya oleh kaligraferHasyim Muhammad al-Baghdadi di dalam kitab kaligrafi-nya, Qawaidal-Khat al-Arabi.
Di samping itu, ada sebab-sebab khususdikarangnya Kasidah Burdah itu, yaitu ketika al-Bushiri menderita sakitlumpuh, sehingga ia tidak dapat bangun dari tempat tidurnya, makadibuatnya syair-syair yang berisi pujian kepada Nabi, dengan maksudmemohon syafa’afnya. Di dalam tidurnya, ia bermimpi berjumpa denganNabi Muhammad SAW. di mana Nabi mengusap wajah al-Bushiri, kemudianNabi melepaskan jubahnya dan mengenakannya ke tubuh al-Bushiri, dansaat ia bangun dari mimpinya, seketika itu juga ia sembuh daripenyakitnya.
Pemikiran-Pemikiran Bushiri dalam Al-Burdah Burdahdimulai dengan nasib, yaitu ungkapan rasa pilu atas dukacita yangdialami penyair dan orang yang dekat dengannya, yaitu tetangganya diDzu Salam, Sudah menjadi kelaziman bagi para penyair Arab klasik dalammengawali karya syairnya selalu merujuk pada tempat di mana iamemperoleh kenangan mendalam dalam hidupnya, khususnya kampunghalamannya. Inilah nasib yang diungkapkan Bushiri pada awal bait :
Amin tadzakurin jiranin bi Dzi Salami
Mazajta dam ‘an jara min muqlatin bi dami?
Tidakkah kau ingat tetanggamu di Dzu Salam
Yang air matanya tercucur bercampur darah?
Kemudianide-ide al-Bushiri yang penting dilanjutkan dengan untaian-untaian yangmenggambarkan visi yang bertalian dengan ajaran-ajaran tentangpengendalian hawa nafsu. Menurut dia, nafsu itu bagaikan anak kecil,apabila diteruskan menetek, maka ia akan tetap saja suka menetek. Namunjika ia disapih, ia pun akan berhenti dan tidak suka menetek lagi.Pandangan al-Bushiri tentang nafsu tersebut terdapat pada bait ke-18,yang isinya antara lain :
Wa an-nafsu kattifli in tuhmiihu syabba ‘ala
Hubbi ar-radha’i wa in tufhimhu yanfatimi
Nafsu bagaikan anak kecil, yang bila dibiarkan menetek
Ia akan tetap senang menetek. Dan bila disapih ia akan melepaskannya.
Dalamajaran pengendalian hawa nafsu, al-Bushiri menganjurkan agar kehendakhawa nafsu dibuang jauh-jauh, jangan dimanjakan dan dipertuankan,karena nafsu itu sesat dan menyesatkan. Keadaan lapar dan kenyang,kedua-duanya dapat merusak, maka hendaknya dijaga secara seimbang.Ajakan dan bujukan nafsu dan setan hendaknya dilawan sekuat tenaga,jangan diperturutkan (bait 19-25).
Selanjutnya, ajaran Imamal-Bushiri dalam Burdahnya yang terpenting adalah pujian kepada NabiMuhammad SAW. la menggambarkan betapa Nabi diutus ke dunia untukmenjadi lampu yang menerangi dua alam : manusia dan Jin, pemimpin duakaum : Arab dan bukan Arab. Beliau bagaikan permata yang tak ternilai,pribadi yang tertgosok oleh pengalaman kerohanian yang tinggi.Al-Bushiri melukiskan tentang sosok Nabi Muhammad seperti dalam bait34-59 :
Muhammadun sayyidui kaunain wa tsaqaulai
Ni wal fariqain min urbln wa min ajami
Muhammad adalah raja dua alam : manusia dannjin
Pemimpin dua kaum : Arab dan bukan Arab.
Pujianal-Bushiri pada Nabi tidak terbatas pada sifat dan kualitas pribadi,tetapi mengungkapkan kelebihan Nabi yang paling utama, yaitu mukjizatpaling besar dalam bentuk Al Quran, mukjizat yang abadi. Al Quranadalah kitab yang tidak mengandung keraguan, pun tidak lapuk olehperubahan zaman, apalagi ditafsirkan dan dipahami secara arif denganberbekal pengetahuan dan makrifat. Hikmah dan kandungan Al Quranmemiliki relevansi yang abadi sepanjang masa dan selalu memilikikonteks yang luas dengan peristiwa-peristiwa sejarah yang bersifattemporal. Kitab Al Quran solamanya hidup dalam ingatan dan jiwa umatIslam.
Selain Kasidah Burdah, al-Bushiri juga menulis beberapakasidah lain di antaranya a!-Qashidah al-Mudhariyah dan al-Qashldahal-Hamziyah. Sisi lain dari profil al-Bushiri ditandai olehkehidupannya yang sufistik, tercermin dari kezuhudannya, tekunberibadah, tidak menyukai kemewahan dan kemegahan duniawi.
Dikalangan para sufi, ia termasuk dalam deretan sufi-sufi besar. SayyidMahmud Faidh al-Manufi menulis di dalam bukunya, Jamharat al-Aulia.bahwa al-Bushiri tetap konsisten dalam hidupnya sebagai seorang sufisampai akhir hayatnya. Makamnya yang terletak di Iskandaria, Mesir,sampai sekarang masih dijadikan tempat ziarah. Makam itu berdampingandengan makam gurunya, Abu Abbas al-Mursi.
Burdah artinya mantel, dapat juga diartikan shifa (kesembuhan). Imam Busyiri adalah seorang penyair yang suka memuji raja-raja untuk mendapatkan uang. Kemudian beliau tertimpa sakit faalij (setengah lumpuh) yang tak kunjung sembuh walaupun sudah berobat ke dokter manapun.
Tak lama kemudian beliau mimpi bertemu Rasulullah S.A.W. yang memerintahkannya untuk menyusun syair ang berisi pujian kepada Rasulullah. Maka beliau mengarang Burdah dalam 10 pasal pada tahun 6-7 H. Seusai menyusun Burdah, beliau kembali mimpi bertemu Rasulullah yang menyelimutinya dengan Burdah (mantel). Ketika bangun, sembuhlah beliau dari sakit lumpuh yang dideritanya.
Qoshidah Burdah ini tersebar ke seluruh penjuru bumi dari timur sampai barat. Bahkan disyarahkan oleh sekitar 20 ulama, diantaranya yang terkenal adalah Imam Syaburkhiti dan Imam Baijuri.
Habib Husein bin Mohammad Alhabsyi (saudara Habib Ali Alhabsyi sohibul maulid Simtud Duror) biasa memimpin Dalail Khoiroot di Mekkah. Kemudian beliau mimpi bertemu Rasulullah yang memerintahkannya untuk membaca Burdah di majlis tersebut. Dalam mimpi tersebut, Rasulullah berkata bahwa membaca Burdah sekali lebih afdol daripada membaca Dalail Khoiroot 70 kali.
Ketika Hadramaut tertimpa paceklik hingga banyak binatang buas berkeliaran di jalan, Habib Abdulrahman Al Masyhur memerintahkan setiap rumah untuk membaca Burdah. Alhamdulillah, rumah-rumah mereka aman dari gangguan binatang buas.
Beberapa Syu’araa (penyair) di zaman itu sempat mengkritik bahwa tidaklah pantas pujian kepada Rasulullah dalam bait-bait Burdah tersebut diakhiri dengan kasroh/khofadz. Padahal Rasulullah agung dan tinggi (rofa’). Kemudian Imam Busyiri menyusun qoshidah yang bernama Humaziyyah yang bait-baitnya berakhir dengan dhommah (marfu’).
Imam Busyiri juga menyusun Qoshidah Mudhooriyah. Pada qoshidah tersebut terdapat bait yang artinya,
“Aku bersholawat kepada Rasulullah sebanyak jumlah hewan dan tumbuhan yang diciptakan Allah.” Kemudian dalam mimpinya, beliau melihat Rasulullah berkata bahwa sesungguhnya malaikat tak mampu menulis pahala sholawat yang dibaca tersebut.
Habib Salim juga bercerita tentang seseorang yang telah berjanji kepada dirinya untuk menyusun syair hanya untuk memuji Allah dan Rasulullah. Suatu ketika ia tidak mempunyai uang dan terpaksa menyusun syair untuk memuji raja-raja agar mendapat uang. Ia pun bermimpi dan Rasulullah berkata, ”Bukankah engkau telah berjanji hanya memuji Allah dan Rasul-Nya?! Aku akan memotong tanganmu.”
Kemudian datanglah Sayidina Abu Bakar r.a meminta syafaat untuknya dan dikabulkan oleh Rasulullah. Ketika ia terbangun dari tidurnya, ia pun langsung bertobat. Kemudian ia melihat di tangannya terdapat tanda bekas potongan dan keluar cahaya dari situ.
Habib Salim mengatakan bahwa Burdah ini sangat mujarab untuk mengabulkan hajat-hajat kita dengan izin Allah. Namun terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi. Yaitu mempunyai sanad ke Imam Busyiri, mengulangi bait ” maula ya solli wa sallim “, berwudhu, menghadap kiblat, memahami makna bait-bait, dibaca dengan himmah yang besar, beradab, dan memakai wewangian.
download ebook di download
Oleh : MT.Roudhotul Muhibbin (Anwar)
Pengarang Kasidah Burdah ialah Al-Bushiri(610-695H/ 1213-1296 M). Nama lengkapnya, Syarafuddin Abu AbdillahMuhammad bin Zaid al-Bushiri. Dia keturunan Berber yang lahir diDallas, Maroko dan dibesarkan di Bushir, Mesir, Dia seorang murid Sufibesar, Imam as-Syadzili dan penerusnya yang bernama Abdul Abbasal-Mursi – anggota Tarekat Syadziliyah. Di bidang ilmu fiqih, AlBushiri menganut mazhab Syafi’i, yang merupakan mazhab fiqih mayoritasdi Mesir.
Di masa kecilnya, ia dididik oleh ayahnya sendiri dalam mempelajari Al Quran di samping berbagai ilmu pengetahuanlainnya. Kemudian ia belajar kepada ulama-ulama di zamannya. Untukmemperdalam ilmu agama dan kesusateraan Arab ia pindah ke Kairo. Disana ia menjadi seorang sastrawan dan penyair yang ulung. Kemahirannyadi bidang sastra syair ini melebihi para penyair pada zamannya.Karya-karya kaligrafinya juga terkenal indah.
Sebagian ahlisejarah menyatakan, bahwa ia mulanya bekerja sebagai penyalinnaskah-naskah. Louis Ma’luf juga menyatakan demikian di dalam KamusMunjibnya.
Sajak-sajak pujian untuk Nabi dalam kesusasteraanArab dimasukkan ke dalam genre al-mada’ih an-nabawiyah, sedangkan dalamkesusasteraan-kesusasteraan Persia dan Urdu dikenal sebagaikesusasteraan na’tiyah (kata jamak dari na’t, yang berarti pujian). Sastrawan Mesir terkenal, Zaki Mubarok, telah menulis buku denganuraian yang panjang lebar mengenai al-mada’ih an-nabawiyah. Menurutnya,syair semacam itu dikembangkan oleh para sufi sebagai cara untukmengungkapkan perasaan religius yang Islami.
Kasidah Burdahterdiri atas 160 bait (sajak), ditulis dengan gaya bahasa (usiub) yangmenarik, lembut dan elegan, berisi panduan ringkas mengenai kehidupanNabi Muhammad SAW, cinta kasih, pengendalian hawa nafsu, doa, pujianterhadap Al Quran, Isra’ Mi’raj, jihad dan tawasul.
Denganmemaparkan kehidupan Nabi secara puitis, AI-Bushiri bukan sajamenanamkan kecintaan umat Islam kepada- Nabinya, tetapi jugamengajarkan sastra, sejarah Islam, dan nilai-nilai moral kepada kaumMuslimin. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika kasidah Burdahsenantiasa dibacakan di pesantren-pesantren salaf, dan bahkan diajarkanpada tiap hari Kamis dan Jumat di Universitas AI-Azhar, Kairo.
Al-Bushirihidup pada suatu masa transisi perpindahan kekuasaan dinasti Ayyubiyahke tangan dinasri Mamalik Bahriyah. Pergolakan politik terusberlangsung, akhlak masyarakat merosot, para pejabat pemerintahanmengejar kedudukan dan kemewahan. Maka munculnya kasidah Burdah itumerupakan reaksi terhadap situasi politik, sosial, dan kultural padamasa itu, agar mereka senantiasa mencontoh kehidupan Nabi yangbertungsi sebagai uswatun hasanah (suri tauladan yang baik),mengendalikan hawa nafsu, kembali kepada ajaran agama yang murni, AlQuran dan Hadis.
Sejarah Ringkas Kasidah Al-Burdah
Al-Burdah menurut etimologi banyak mengandung arti, antara lain :1.Baju (jubah) kebesaran khalifah yang menjadi salah satu atributkhalifah. Dengan atribut burdah ini, seorang khalifah bias dibedakandengan pejabat negara lainnya, teman-teman dan rakyatnya.
2. Nama dari kasidah yang dipersembahkan kepada Rasulullah SAW yang digubah oleh Ka’ab bin Zuhair bin Abi Salma.
Padamulanya, burdah (dalam pengertian jubah) ini adalah milik Nabi MuhammadSAW yang diberikan kepada Ka’ab bin Zuhair bin Abi Salma, seorangpenyair terkenal Muhadramin (penyair dua zaman: Jahiliyah dan Islam).Burdah yang telah menjadi milik keluarga Ka’ab tersebut akhirnya dibelioleh Khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan seharga duapuluh ribu dirham,dan kemudian dibeli lagi. oleh Khalifah Abu Ja’far al-Manshur daridinasti Abbasiyah dengan harga empat puluh ribu dirham. Oleh khalifah,burdah itu hanya dipakai pada setiap shalat fd dan diteruskan secaraturun temurun.
Riwayat pemberian burdah oleh Rasulullah SAWkepada Ka’ab bin Zuhair bermula dari Ka’ab yang menggubah syair yangsenantiasa menjelek-jelekkan Nabi dan para sahabat. Karena merasaterancam jiwanya, ia lari bersembunyi untuk menghindari luapan amarahpara sahabat. Ketika terjadi penaklukan Kota Makkah, saudara Ka’ab yangbernama Bujair bin Zuhair mengirm surat kcpadanya, yang isinya antaralain anjuran agar Ka’ab pulang dan menghadap Rasulullah, karenaRasulullah tidak akan membunuh orang yang kembali (bertobat). Setelahmemahami isi surat itu, ia berniat pulang kembali ke rumahnya danbertobat.
Kemudian Ka’ab berangkat menuju Madinah. Melalui‘tangan’ Abu Bakar Siddiq, di sana ia menyerahkan diri kepadaRasulullah SAW. Ka’ab memperoleh sambutan penghormatan dari Rasulullah.Begitu besarnya rasa hormat yang diberikan kepada Ka’ab, sampai-sampaiRasulullah melepaskan burdahnya dan memberikannya kepada Ka’ab.
Ka’abkemudian menggubah kasidah yang terkenal dengan sebutan Banat Su’ad(Putri-putri Su’ad), terdiri atas 59 bait (puisi). Kasidah ini disebutpula dengan Kasidah Burdah. la ditulis dengan indahnya oleh kaligraferHasyim Muhammad al-Baghdadi di dalam kitab kaligrafi-nya, Qawaidal-Khat al-Arabi.
Di samping itu, ada sebab-sebab khususdikarangnya Kasidah Burdah itu, yaitu ketika al-Bushiri menderita sakitlumpuh, sehingga ia tidak dapat bangun dari tempat tidurnya, makadibuatnya syair-syair yang berisi pujian kepada Nabi, dengan maksudmemohon syafa’afnya. Di dalam tidurnya, ia bermimpi berjumpa denganNabi Muhammad SAW. di mana Nabi mengusap wajah al-Bushiri, kemudianNabi melepaskan jubahnya dan mengenakannya ke tubuh al-Bushiri, dansaat ia bangun dari mimpinya, seketika itu juga ia sembuh daripenyakitnya.
Pemikiran-Pemikiran Bushiri dalam Al-Burdah Burdahdimulai dengan nasib, yaitu ungkapan rasa pilu atas dukacita yangdialami penyair dan orang yang dekat dengannya, yaitu tetangganya diDzu Salam, Sudah menjadi kelaziman bagi para penyair Arab klasik dalammengawali karya syairnya selalu merujuk pada tempat di mana iamemperoleh kenangan mendalam dalam hidupnya, khususnya kampunghalamannya. Inilah nasib yang diungkapkan Bushiri pada awal bait :
Amin tadzakurin jiranin bi Dzi Salami
Mazajta dam ‘an jara min muqlatin bi dami?
Tidakkah kau ingat tetanggamu di Dzu Salam
Yang air matanya tercucur bercampur darah?
Kemudianide-ide al-Bushiri yang penting dilanjutkan dengan untaian-untaian yangmenggambarkan visi yang bertalian dengan ajaran-ajaran tentangpengendalian hawa nafsu. Menurut dia, nafsu itu bagaikan anak kecil,apabila diteruskan menetek, maka ia akan tetap saja suka menetek. Namunjika ia disapih, ia pun akan berhenti dan tidak suka menetek lagi.Pandangan al-Bushiri tentang nafsu tersebut terdapat pada bait ke-18,yang isinya antara lain :
Wa an-nafsu kattifli in tuhmiihu syabba ‘ala
Hubbi ar-radha’i wa in tufhimhu yanfatimi
Nafsu bagaikan anak kecil, yang bila dibiarkan menetek
Ia akan tetap senang menetek. Dan bila disapih ia akan melepaskannya.
Dalamajaran pengendalian hawa nafsu, al-Bushiri menganjurkan agar kehendakhawa nafsu dibuang jauh-jauh, jangan dimanjakan dan dipertuankan,karena nafsu itu sesat dan menyesatkan. Keadaan lapar dan kenyang,kedua-duanya dapat merusak, maka hendaknya dijaga secara seimbang.Ajakan dan bujukan nafsu dan setan hendaknya dilawan sekuat tenaga,jangan diperturutkan (bait 19-25).
Selanjutnya, ajaran Imamal-Bushiri dalam Burdahnya yang terpenting adalah pujian kepada NabiMuhammad SAW. la menggambarkan betapa Nabi diutus ke dunia untukmenjadi lampu yang menerangi dua alam : manusia dan Jin, pemimpin duakaum : Arab dan bukan Arab. Beliau bagaikan permata yang tak ternilai,pribadi yang tertgosok oleh pengalaman kerohanian yang tinggi.Al-Bushiri melukiskan tentang sosok Nabi Muhammad seperti dalam bait34-59 :
Muhammadun sayyidui kaunain wa tsaqaulai
Ni wal fariqain min urbln wa min ajami
Muhammad adalah raja dua alam : manusia dannjin
Pemimpin dua kaum : Arab dan bukan Arab.
Pujianal-Bushiri pada Nabi tidak terbatas pada sifat dan kualitas pribadi,tetapi mengungkapkan kelebihan Nabi yang paling utama, yaitu mukjizatpaling besar dalam bentuk Al Quran, mukjizat yang abadi. Al Quranadalah kitab yang tidak mengandung keraguan, pun tidak lapuk olehperubahan zaman, apalagi ditafsirkan dan dipahami secara arif denganberbekal pengetahuan dan makrifat. Hikmah dan kandungan Al Quranmemiliki relevansi yang abadi sepanjang masa dan selalu memilikikonteks yang luas dengan peristiwa-peristiwa sejarah yang bersifattemporal. Kitab Al Quran solamanya hidup dalam ingatan dan jiwa umatIslam.
Selain Kasidah Burdah, al-Bushiri juga menulis beberapakasidah lain di antaranya a!-Qashidah al-Mudhariyah dan al-Qashldahal-Hamziyah. Sisi lain dari profil al-Bushiri ditandai olehkehidupannya yang sufistik, tercermin dari kezuhudannya, tekunberibadah, tidak menyukai kemewahan dan kemegahan duniawi.
Dikalangan para sufi, ia termasuk dalam deretan sufi-sufi besar. SayyidMahmud Faidh al-Manufi menulis di dalam bukunya, Jamharat al-Aulia.bahwa al-Bushiri tetap konsisten dalam hidupnya sebagai seorang sufisampai akhir hayatnya. Makamnya yang terletak di Iskandaria, Mesir,sampai sekarang masih dijadikan tempat ziarah. Makam itu berdampingandengan makam gurunya, Abu Abbas al-Mursi.
Burdah artinya mantel, dapat juga diartikan shifa (kesembuhan). Imam Busyiri adalah seorang penyair yang suka memuji raja-raja untuk mendapatkan uang. Kemudian beliau tertimpa sakit faalij (setengah lumpuh) yang tak kunjung sembuh walaupun sudah berobat ke dokter manapun.
Tak lama kemudian beliau mimpi bertemu Rasulullah S.A.W. yang memerintahkannya untuk menyusun syair ang berisi pujian kepada Rasulullah. Maka beliau mengarang Burdah dalam 10 pasal pada tahun 6-7 H. Seusai menyusun Burdah, beliau kembali mimpi bertemu Rasulullah yang menyelimutinya dengan Burdah (mantel). Ketika bangun, sembuhlah beliau dari sakit lumpuh yang dideritanya.
Qoshidah Burdah ini tersebar ke seluruh penjuru bumi dari timur sampai barat. Bahkan disyarahkan oleh sekitar 20 ulama, diantaranya yang terkenal adalah Imam Syaburkhiti dan Imam Baijuri.
Habib Husein bin Mohammad Alhabsyi (saudara Habib Ali Alhabsyi sohibul maulid Simtud Duror) biasa memimpin Dalail Khoiroot di Mekkah. Kemudian beliau mimpi bertemu Rasulullah yang memerintahkannya untuk membaca Burdah di majlis tersebut. Dalam mimpi tersebut, Rasulullah berkata bahwa membaca Burdah sekali lebih afdol daripada membaca Dalail Khoiroot 70 kali.
Ketika Hadramaut tertimpa paceklik hingga banyak binatang buas berkeliaran di jalan, Habib Abdulrahman Al Masyhur memerintahkan setiap rumah untuk membaca Burdah. Alhamdulillah, rumah-rumah mereka aman dari gangguan binatang buas.
Beberapa Syu’araa (penyair) di zaman itu sempat mengkritik bahwa tidaklah pantas pujian kepada Rasulullah dalam bait-bait Burdah tersebut diakhiri dengan kasroh/khofadz. Padahal Rasulullah agung dan tinggi (rofa’). Kemudian Imam Busyiri menyusun qoshidah yang bernama Humaziyyah yang bait-baitnya berakhir dengan dhommah (marfu’).
Imam Busyiri juga menyusun Qoshidah Mudhooriyah. Pada qoshidah tersebut terdapat bait yang artinya,
“Aku bersholawat kepada Rasulullah sebanyak jumlah hewan dan tumbuhan yang diciptakan Allah.” Kemudian dalam mimpinya, beliau melihat Rasulullah berkata bahwa sesungguhnya malaikat tak mampu menulis pahala sholawat yang dibaca tersebut.
Habib Salim juga bercerita tentang seseorang yang telah berjanji kepada dirinya untuk menyusun syair hanya untuk memuji Allah dan Rasulullah. Suatu ketika ia tidak mempunyai uang dan terpaksa menyusun syair untuk memuji raja-raja agar mendapat uang. Ia pun bermimpi dan Rasulullah berkata, ”Bukankah engkau telah berjanji hanya memuji Allah dan Rasul-Nya?! Aku akan memotong tanganmu.”
Kemudian datanglah Sayidina Abu Bakar r.a meminta syafaat untuknya dan dikabulkan oleh Rasulullah. Ketika ia terbangun dari tidurnya, ia pun langsung bertobat. Kemudian ia melihat di tangannya terdapat tanda bekas potongan dan keluar cahaya dari situ.
Habib Salim mengatakan bahwa Burdah ini sangat mujarab untuk mengabulkan hajat-hajat kita dengan izin Allah. Namun terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi. Yaitu mempunyai sanad ke Imam Busyiri, mengulangi bait ” maula ya solli wa sallim “, berwudhu, menghadap kiblat, memahami makna bait-bait, dibaca dengan himmah yang besar, beradab, dan memakai wewangian.
download ebook di download
Oleh : MT.Roudhotul Muhibbin (Anwar)
إرسال تعليق