Majelis Shalawat NU Terbesar di Indonesia

1.MAJELIS RASULULLAH JAKARTA



Nama “Majelis Rasulullah.” dalam aktifitas dakwah ini berawal ketika Hb Munzir Almusawa lulus dari Study-nya di Darulmustafa pimpinan Al Allamah Al Habib Umar bin Hafidh Tarim Hadramaut, Yaman. Beliau kembali ke Jakarta dan memulai berdakwah pada tahun 1998 dengan mengajak orang bertobat dan mencintai nabi saw yang dengan itu ummat ini akan pula mencintai sunnahnya, dan menjadikan Rasul saw sebagai Idola.
habib Munzir mulai berdakwah siang dan malam dari rumah kerumah di Jakarta, ia tidur dimana saja dirumah-rumah masyarakat, bahkan pernah ia tertidur di teras rumah orang karena penghuni rumah sudah tidur dan ia tak mau membangunkan mereka di larut malam. Setelah berjalan kurang lebih enam bulan, Hb Munzir memulai membuka Majelis setiap malam selasa *(mengikuti jejak gurunya Al Habib Umar bin Hafidz yang membuka Majelis minggu-an setiap malam selasa), dan ia pun memimpin Ma’had Assa’adah, yang di wakafkan oleh Al Habib Umar bin Hud Alattas di Cipayung, setelah setahun, munzir tidak lagi meneruskan memimpin ma’had tersebut dan melanjutkan dakwahnya dengan menggalang majelis-majelis di seputar Jakarta.
Hb Munzir membuka majelis malam selasa dari rumah kerumah, mengajarkan Fiqh dasar, namun tampak ummat kurang bersemangat menerima bimbingannya, dan Hb munzir terus mencari sebab agar masyarakat ini asyik kepada kedamaian, meninggalkan kemungkaran dan mencintai sunnah sang Nabi saw, maka Hb Munzir merubah penyampaiannya, ia tidak lagi membahas permasalahan Fiqih dan kerumitannya, melainkan mewarnai bimbingannya dengan nasehat-nasehat mulia dari Hadits-hadits Rasul saw dan ayat Alqur’an dengan Amr Ma’ruf Nahi Munkar, dan lalu beliau memperlengkap penyampaiannya dengan bahasa Sastra yang dipadu dengan kelembutan ilahi dan tafakkur penciptaan alam semesta, yang kesemuanya di arahkan agar masyarakat menjadikan Rasul saw sebagai idola, maka pengunjung semakin padat hingga ia memindahkan Majelis dari Musholla ke musholla, lalu Musholla pun tak mampu menampung hadirin yang semakin padat, maka Munzir memindahkan Majelisnya dari Masjid ke Masjid secara bergantian.
Mulailah timbul permintaan agar Majelis ini diberi nama, Hb Munzir dengan polos menjawab, “Majelis Rasulullah?”, karena memang tak ada yang dibicarakan selain ajaran Rasul saw dan membimbing mereka untuk mencintai Allah dan Rasul Nya, dan pada dasarnya semua Majelis taklim adalah Majelis Rasulullah saw..
Majelis kian memadat, maka Munzir mengambil empat masjid besar yang bergantian setiap malam selasa, yaitu masjid Raya Almunawar Pancoran Jakarta Selatan, Masjid Raya At Taqwa Pasar minggu Jakarta Selatan, Masjid Raya At Taubah Rawa Jati Jakarta Selatan, dan Ma`had Daarul Ishlah Pimp. KH. Amir Hamzah di Jalan Raya Buncit Kalibata Pulo, Namun karena hadirin semakin bertambah, maka Hb Munzir akhirnya memusatkan Majelis Malam selasa ini di Masjid Raya Almunawar Pancoran Jakarta Selatan, kini acara ini dihadiri berkisar antara 10.000 hadirin setiap minggunya, Hb Munzir juga meluaskan wilayah da’wah di beberapa wilayah Jakarta dan Sekitarnya, lalu mencapai hampir seluruh wilayah Pulau Jawa, Majelis Rasulullah tersebar di sepanjang Pantai Utara Pulau jawa dan Pantai Selatan, dan terus makin meluas ke Bali, Mataram, Irian Barat, bahkan Singapura, Johor dan Kualalumpur, demikian pula di stasion stasion TV Swasta, bahkan VCD, Majalah bulanan dll, dan kini Anugerah ilahi telah merestui Majelis Rasulullah untuk meluas ke Jaringan internet dengan nama asalnya “Website Majelis Rasulullah”.
Kritik & saran mengenai website ini dapat dikirim ke admin@majelisrasulullah.org
Alamat Majelis Rasulullah: Jl Cikoko Barat V, RT 03/05, No 66, Kelurahan Cikoko, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan (12770). (Telfon 021-7986709)
Website: http://www.majelisrasulullah.org

2.MAJELIS AHBAABUL MUSTHOFA, HABIB SYECH BIN ABDUL QODIR ASSEGAF



Di tengah riuh ramainya bumi Indonesia dengan persoalan-persoalan di segala lini kehidupan, muncullah sosok Habib Syekh “the Contender” yang datang menandingi (melawan) dengan “Gerakan Shalawat”nya.

“Rasul adalah orang yang paling bahagia jika umatnya bisa bahagia. Salawat kepada Nabi bisa disuarakan dalam kondisi apapun, bahkan saat harus berjuang menegakkan kebenaran”, kata Mahfud MD dalam Pengajian Akbar IPHI bersama Habib Syekh yang dihadiri ribuan umat muslim di Lap. Kota Barat, Solo (7/4/2012)
Orang boleh jadi belum mengenal Habib Syekh, tapi cepat atau lambat, Sang Habib akan segera datang menyapa dengan lantunan suara salawat yang begitu merdu, tentu beserta dengan ribuan lebih jamaah setia yang sudah lebih dulu “akrab” dengannya. Suaranya yang berat, berwibawa lagi khas tidak hanya “menyihir” (menghipnotis) ribuan jamaah, tapi juga “menghentak” para kawula muda yang biasanya dengan berpakaian putih-putih mendatangi pengajian. Mereka berarak-arakan mengibarkan bendera layaknya sebuah konvoi. Tidak sembarang bendera, tapi bertuliskan “Syekher Mania ”, dan juga ada bendera-bendera lain yang berkibar mendampingi seperti bendera “Slankers” dan supporter bola tertentu.
Siapa Sang Habib Itu?
Habib Syech bin Abdul Qodir bin Abdurrahman Assegaf . Beliau adalah tokoh Alim dan Imam Masjid Assegaf yang berada di Pasar Kliwon kota Solo. Berawal dari Pendidikan dari guru besarnya sekaligus Ayahanda, Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf mendalami Ilmu agama berlanjut ke paman beliau Alm. Habib Ahmad bin Abdurrahman Assegaf yang datang dari Hadramaut. Habib Syech juga mendapat pendidikan, dukungan penuh dan perhatian dari Alm. Al-Imam Al-Arifbillah, Al-Habib Anis bin Alwiy Al-Habsyi “Imam Masjid Riyadh dan pemegang magom Al-Habsyi”. Berawal dari dukungan beliau, Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf mensyiarkan sekaligus mengumandangkan Sholawat Nabi yang berawal di kota Solo. Dengan penuh keyakinan dan niat lillahi ta’ala, perkembangan syi’ar sholawat beliau sampai saat ini semakin pesat. Namun hal ini juga tak terlepas dari peran serta Majelis Ahbabul Musthofa.
Majelis Ahbabul Musthofa sendiri berdiri sekitar tahun 1998 di kota Solo, tepatnya di kampung Mertodranan. Berawal dari majelis Rotibul Haddad dan Burdah serta maulid Simthut Duror, Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf memulai langkahnya untuk mengajak ummat dan dirinya dalam membesarkan rasa cinta kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW melalui lantunan sholawat.
Perjalanan hidup Habib kelahiran Solo, 20 September 1961, ini cukup berliku. Beliau pernah jaya sebagai pedagang tapi kemudian bangkrut. Di saat sulit itu, justru Sang Habib tampil melakukan dakwah menggunakan “kereta angin” ke pelosok-pelosok untuk melaksanakan tugas dari sang guru, almarhum Habib Anis bin Alwi Alhabsyi, imam masjid Riyadh, Gurawan, Solo. Pada saat itu Habib Syekh bin Abdul Qadir Asseggaf juga sering diejek sebagai orang yang tidak punya pekerjaan dan habib jadi-jadian. Namun Habib Syekh tidak pernah marah atau mendendam kepada orang yang mengejeknya. Justru sebaliknya, beliau tetap tersenyum dan terkadang berderma (memberi sesuatu) kepada orang tersebut.
 
3.MAJELIS NURUL MUSTHOFA Al Habib Hasan Bin Ja'far Assegaf



Majlis Nurul Musthofa adalah salah satu media untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW, majlis yang didirikan pada tahun 2000 oleh Al Habib Hasan Bin Ja'far Assegaf Nurul Musthofa diambil dari nama Rasulullah SAW yang artinya "Cahaya Pilihan". Bermula dari pengajian Al-Qur'an dan Dzikir-dzikir yang keliling dari rumah-kerumah.

Pada tahun 2001 dengan izin Allah SWT, Majlis Nurul Musthofa kedatangan tamu besar yaitu Al Habib Umar Bin Muhammad Bin Hafidz.BSA dan Al Habib Anis Bin Alwi Al Habsyi, yang mana nama ini di ijazahkan dan diresmikan oleh beliau-beliau, maka pada tahun yang sama pertama kali dikenalkan sejarah Rasulullah SAW dengan pembacaan Al-Qur'an, Dzikir-dzikir dan nasehat agama yang berkembang pesat yang bermula dari 10 orang sehingga menjadi ratusan orang, dan di tahun berikutnya berdatangan kembali para ulama-ulama dari manca negara seperti Saudi Arabia, Yaman, Madinah, Malaysia serta banyak lagi para ulama yang memberikan ilmu-ilmu Allah SWT diantaranya yaitu Al Habib Salim Bin Abdullah Assyatiri yang memberi ijazah membaca 129 kali Yaa Latif sehabis Sholat kepada para Jama'ah.
Majlis Nurul Musthofa mulai berpindah dari tempat yang bermula dari rumah ke rumah berpindah menjadi dari Masjid ke masjid, sehingga hampir kurang lebih 50 Masjid yang bersedia pada waktu itu untuk di tempatkan sebagai sarana dakwah pengajaran ilmu-lmu agama dengan pembacaan kitab Nasahadiniyyah, yang dikarang oleh Al Habib Abdullah Bin Alwi Al Haddad. Seiring berjalannya waktu Majlis Nurul Musthofa dari yang jumlahnya ratusan menjadi ribuan orang, maka ditambah ditambah pula metode dakwah dengan Mo'idzoh Hasanah oleh guru-guru diantaranya, KH. Abdul Hayyie Naim dan ust.Imam Wahyudi ,S.Ag serta masih banyak lagi yang lain untuk mendakwahkan ilmunya dan menuangkan ilmunya di Majlis Nurul Musthofa.

Pada tahun 2007 Majlis nurul Musthofa mengokohkan yayasan "Nurul Musthofa Lil Hb Hasan bin Ja'far assegaf", yang diketuai oleh saudara beliau Al Habib Abdullah Bin Ja'far Assegaf dan Al Habib Musthofa Bin Ja'far Assegaf, untuk melegalistaskan keberadaan majlis Nurul Musthofa , untuk mendapatkan izin resmi dari Departemen Agama RI dan Departemen Hukum dan Hak asasi Manusia. Sehingga pertumbuhan dakwah Majlis Nurul Musthofa semakin berkembang pesat dari 50 Masjid menjadi 250 Masjid di wilayah Jakarta, Syiar ini diterima oleh semua kalangan.

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah maka berdirilah sekretariat Majlis Nurul Musthofa yang sekaligus sebagai kantor yayasan Nurul Musthofa lil Habib Hasan Bin Ja'far Assegaf di wilayah Jakarta selatan sebagai pusat aktifitas dakwah dan yang berfungsi pula sebagai wadah untuk pengajaran beliau sehari-hari yang sampai saat ini masih dipergunakan dan terus dikembangkan keberadaannya untuk memudahkan segala kepentingan dakwah dan kepentingan umat Islam.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan segala dukungan dan bantuan do'a dari para Jama'ah untuk selalu membantu menghidupkan syiar agama Allah SWT dan Rasulullah SAW, Terima Kasih.
Website: http://www.nurulmusthofa.org
4.MAJELIS Habib Muhammad Luthfi bin Yahya,Pekalongan Jateng  (Kanzus Sholawat)


Berbicara mengenai sejarah mawlid Nabi SAAW di Kanzus sholawat ini sulit juga, karena sejarahnya yang panjang, dan saya (Mawlana al-Habib Luthfi) meneruskan yang sudah dimulai oleh Sayyid Toha yang bergelar Sayyid Thohir (al-Habib Toha bin Muhammad al-Qadli bin Yahya).
Sayyid Toha pertama kali masuk Indonesia berda’wah dengan gerakan mawlid Nabi SAAW. Ada yang pakai terbang, ada juga yang pakai gendang jawan. Pada waktu itu belum ada Simthud durar. Yang populer masuk Indonesia Barzanji, ad-Diba’. Mawlid Ahzab belum masuk, karena Sayyid Muhammad Ahzab hidup di abad 18, sedangkan Habib Toha hidup di abad 17. Kalau dijumlah, total kitab mawlid itu sekitar 360 kitab.
Habib Toha wafat tahun 1202 H. Pertama kali tinggal di Penang Malaysia. Di zamannya, beliau terkenal sebagai ulama yang sangat ‘alim ‘allamah ahli hadits dan ahli fiqih. Dari Penang kemudian da’wah di Banten, Cirebon, Surabaya, dan terakhir di Semarang. Beliau wafat dan dimakamkan di Depok Semarang, wa qiila di Penang. Beliau punya anak 14 yang terdiri atas 11 laki-laki, dan 3 perempuan. Semuanya itu menjadi awliyaa dan ulama besar.
Lalu mawlid diteruskan oleh putra-putra beliau, terutama oleh Habib Hasan Kramat Jati Semarang. Habib Hasan pernah tinggal di Pekalongan. Beliau dimakamkan di Semarang. Semasa hidupnya berjuang melawan penjajah Belanda dan disegani. Perjuangan beliau di kawasan pantura, dan beliau dijuluki Singa Barong.
Setelah Habib Hasan wafat, mawlid diteruskan oleh Habib Toha Ciledug dan adik-adik Habib Toha (Habib Toha bin Hasan adalah putra pertama). Dan kemudian diteruskan oleh putra-putra Habib Toha, diantaranya yaitu Habib Hasyim yang ‘alim ‘allamah, yang wafat dan dimakamkan di Madinah. Lalu Habib Muhsin bin Toha yang berda’wah di Kutai Kalimantan yang wafat dan dimakamkan di Pulau Sinumpak Kalimantan.
Kemudian juga oleh Habib Umar bin Toha. Dulu Habib Umar di Sindanglaut Cirebon. Beliau yang pertama kali membuka pesantren dan melahirkan ulama-ulama besar, khususnya ulama di kawasan Cirebon dan Jawa Barat.
Setelah Habib Umar wafat diteruskan oleh putra dan putri beliau. Diantaranya Habib Hasyim di Pekalongan. Habib Hasyim itu kalangan Habaib yang mendirikan pesantren dan madrasah di wilayah Pekalongan. Sebelum Habib Hasyim banyak pula Pesantren yang melahirkan ulama, seperti Kiai Khomsah Landungsari, Kiai Aghuts Kenayagan, Kiai Murtadlo Sampangan, Kiai Abdul Aziz Banyurip, dan para Kiai tersebut termasuk mensyiarkan mawlid Nabi SAAW.
Dari Habib Hasyim, para kiai merintis da’wah, diantaranya melalui mawlid Nabi SAAW, sehingga masyarakat mengenal lebih jauh apa itu Islam, mengerti al-Quran, dan sebagainya dalam Syariat Allah Ta’ala, serta mengenal pembawa al-Quran ialah Baginda Nabi SAAW, yang sehingga melahirkan muhibbiin, artinya cinta pada Rasul, pasti cinta pada Allah. Bila tumbuh cinta pada Allah dan Rasul, akan cinta pada al-Quran dan akan lebih berpegang teguh kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul SAAW.
Di zaman itu, mawlid terbesar di Jawa adalah di Habib Abdullah bin Muhsin Bogor, dan Habib Hasyim bin Umar Pekalongan. Sehingga di Zaman tersebut khusus di Habib Hasyim (masjid An-Nur Pekalongan) dari mulai simpang empat sampai simpang empat terhampar permadani dan tikar di sepanjang jalan. Tidak cukup itu saja, hiasan-hiasan mewarnai tempat dan menjadi keindahan tempat mawlid.
Dalam mawlid, Habib Hasyim tidak memungut bantuan. Kekayaan Habib Hasyim dicurahkan atau dititikberatkan untuk dunia pendidikan dan da’wah. Penghasilan Habib Hasyim adalah dari Indramayu, tenpat kelahiran beliau, dari pertanian yang cukup luas, dan juga bisnis yang lainnya.
Pada saat wafatnya Habib Hasyim, yang ditinggalkan oleh Habib Hasyim hanyalah masjid, pesantren, madrasah, dan kitab-kitab beberapa lemari, serta dua jubah, satu jubah untuk shalat, satu yang lainnya dipakai saat beliau wafat. Pakaian Habib Hasyim yang baru-baru banyak diberikan pada yang tidak mampu. Habib Hasyim dalam mendidik putra-putra dan santri-santri, beliau tidak memberikan ikan, tapi memberi kail. Maka putra-putra dan murid-murid Habib Hasyim militan dalam da’wah.
Sebelum mendirikan pesantren, da’wah Habib Hasyim dengan masuk ke desa-desa, mengajar di desa-desa, membangun mushala di desa-desa di wilayah Pekalongan. Baru pada tahun 1301 H membuat pesantren. Dari sejak muda, hidup dan dunia Habib Hasyim untuk kepentingan agama. Dari tahun didirikannya pesantren, perkembangan mawlid mulai pesat dan ramai di Pekalongan, sehingga menimbulkan kecurigaan di pihak penjajah, namun sulit untuk dihentikan, karena dari pandangan penjajah, mawlid yang diadakan Habib Hasyim tidak memiliki tendensi politik.
Pada waktu itu, Habib Hasyim mempunyai pengaruh yang sangat besar, diantaranya Mbah Kyai Hasyim Asy’ari dan Mbah Kyai Amir yang terkenal sebagai orang yang ‘allamah, dan tokoh-tokoh besar lainnya yang menjadikan Habib Hasyim sebagai rujukan. Sehingga pihak penjajah pun berhati-hati dalam menghadapi Habib Hasyim.
Setelah Habib Hasyim wafat, mawlid ini diteruskan oleh putra-putri dan menantu, walaupun tidak sebesar zamannya Habib Hasyim. Sehingga mawlid itu terus berjalan sampai sekarang yang diteruskan oleh cucu Habib Hasyim, walaupun di tempat lain dengan melalui rintisan yang cukup berat.
Pertama kali saya (mawlana al-Habib Luthfi) mengajar itu lima anak kecil-kecil di Keputran, dan kemudian menjadi banyak dengan da’wah di Pekalongan sampai Jawa Barat.
Mawlid dirintis dari berapa puluh orang dulu sampai menjadi besar, apalagi setelah terbangunnya gedung sholawat. Dari situ mulai berkembang rangkaian mawlid Nabi SAAW Kanzus Sholawat.
Tujuan mawlid untuk melestarikan bangunan muhibbiin (pecinta Nabi SAAW). Karena dengan membangun cinta tersebut, paling tidak akan membuahkan menjauhkan dari perbuatan-perbuatan yang tidak disukai Allah dan Rasul SAAW.
Buah dari mawlid akan lebih banyak menguak sejarah mutiara-mutaiar dari sahabat sampai ulama pewaris Nabi SAAW dan pejuang bangsa. Apalagi di zaman seperti sekarang ini, hampir banyak yang melupakan sejarah. Hal yang demikian sangat menbgkhawatirkan. Bila umat atau bangsa ini sudah kepaten obor.
Apakah ada dalilnya mawlid dan sejarah? Jawabnya ringkas saja, memperingati riwayat hidup orang baik itu baik atau tidak? Apalagi di dalam al-Quran itu sendiri menceritakan kelahiran Nabi Isa as., Nabi Yahya as., Nabi Musa as., Nabi Yusuf as., dan ada beberapa surat namanya nama ulama dan seorang waliyyah diantaranya surat al-kahfi, luqman, dan maryam. Ash-habul kahfi itu ulama, juga sayyidah Maryam bukan Nabi perempuan. Begitu pula al-Quran menceritakan Sayyidah Asiyah yang muminah dan waliyyah yang merawat Nabi Musa as. Andai riwayat kelahiran Nabi Muhammad SAAW tidak tercantum di Al-Quran, apakah beliau-beliau itu lebih mulya dari Baginda Nabi Muhammad SAAW?
Mari kita belajar mengajak menambah rasa memiliki bersama apa yang di bawa oleh Baginda Nabi SAAw dan Nabi SAAW sendiri, dengan mengundang tokoh-tokoh dan masyarakat. Menambah wibawa umat Islam karena mau berpegang pada akhlaqul karimah, menjadi kepanjangan tangan Nabi SAAW dalam rahmatan lil ‘alamin.
Dengan mawlid melahirkan semangat dalam menambah bangunan-bangunan dalam Islam, artinya dalam berda’wah dan menambah sarana pendidikan dan memperkokoh umat dan bangsa, sehingga siap untuk menjawab tantangan umat dan bangsa.
Mawlid itu sudah menjadi kebanggaan umat dari pribadi sampai melahirkan upacara dalam peringatan mawlid tersebut, khususnya dalam ahlussunnah wal jama’ah, bukan berarti yang lain tidak. Yang kebetulan ahlussunnah wal jama’ah di Indonesia ini Mbah Kyai Hasyim Asy’ari membuat wadah yang diberi nama Nahdlatul ‘Ulama yang berasas Islam aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah, tapi ini tidak menafikan Ahlussunnah wal Jama’ah yang lain yang tidak di dalam Nahdlatul ‘Ulama. Di luar negeri Ahlussunnah wal Jama’ah, tapi nama organisasinya berbeda.
Pesan kita dengan mawlid Nabi SAAW, Baginda Nabi SAAW adalah milik kami umat Islam seluruh dunia. Dari itu kita akan lebih memperkokoh ukhuwwah islamiyyah dan ukhuwwah wathaniyyah, sehingga Baginda Nabi SAAW menjadi cermin bagi kita semua. Wallahu a’lam
  • Disarikan dari dhawuh Mawlana al-Habib Luthfi saat menjawab wawancara dari Najmul Afad (mahasiswa UNNES) tentang sejarah Mawlid Nabi SAAW Kanzus Sholawat pada Sabtu malam Ahad setelah shalat tarawih 22 Ramadlan 1435 H di lantai 2 kediaman Mawlana.
  • Penulis : Syukron Ma’mun
Website: www.kanzus-sholawat.com

5.Sejarah Majelis Maulid Wat Ta'lim Riyadlul Jannah
Majelis Maulid Wat Ta'lim Riyadlul jannah adalah majelis pembacaan maulid simthuduror yang di karang oleh al Habib Ali bin Muhammad bin Husin al Habsy yang di rangkai dengan majelis Ta'lim Berawal dari isyaroh yang di dapatkan oleh sang pengasuh yaitu KH. Abdurochim Syadzily yang mana sebelumnya beliau telah mengadakan majelis manaqib Syech Abdul Qodir Al jailani yang telah berjalan kurang lebih 1 tahun Beliau mendapat isyaroh bermimpi berziarah ke makam nabi Muhammad Saw. bersama - sama dengan para jama'ah, dalam mimpi beliau pengasuh memerintahkan para jama’ah untuk mendahului masuk ke makam rosululloh , setelah seluruh jama’ah selesai masuk dari maqom rosululloh baru beliau pengasuh masuk ke maqom rosululloh dengan sendirian. Sewaktu beliau pengasuh berada di hadapan maqom rosululloh (di dalam ruangan maqom rosululloh) beliau pengasuh mulai bermunajat hingga meneteskan air mata, beliau memohon syafa’at kepada rosululloh, setelah itu beliau Rosululloh saw mengulurkan tangan beliau yang mulia kepada pengasuh, maka diciumlah tangan yang mulia Rosululloh saw sekaligus di pegang erat oleh pengasuh sampai beliau pengasuh terjaga dari tidurnya, sehingga membekas bau harum tangan yang mulia Rosululloh saw yang melekat pada tangan pengasuh. Setelah beberapa bulan dari isyaroh mimpi tersebut, beliau pengasuh berziarah kepada Habib Anis bin Alwi Al Habsy Solo yaitu salah satu dari cucu pengarang maulid simthuduror. Beliau Habib Anis bin Alwy Al habsy memberi Ijazah Kepada pengasuh untuk menyebarluaskan maulid simthuduror di daerah pengasuh. Walhamdulillah dengan amanat yang mulia ini oleh pengasuh dilaksanakan dengan istiqomah sebagai jalan untuk dakwah. Pada awal perjalanan dakwah safari maulid yang diadakan oleh pengasuh, beliau mulai menyebarluaskan maulid simthuduror di pondok pesantren Riyadlul Jannah yang di asuh oleh beliau sendiri, beliau mengadakan pembacaan maulid dengan para santri setiap malam menjelang subuh, kemudian beliau mengadakan pembacaan maulid setiap satu bulan sekali yaitu setiap jum’at legi malam sabtu pahing. Pada awal dibukanya majelis setiap satu bulan tersebut, hanya di hadiri oleh beberapa orang saja, yang mana majelis maulid tersebut di dukung oleh para habaib, terutama oleh habib Muhammad bin aqil dan Al Ustadz Al habib Anis bin Syihab.Setelah beberapa tahun berjalan para jama’ah yang mengikuti majelis tersebut mulai memiliki keinginan untuk mengadakan majelis pembacaan maulid di tempat mereka masing – masing, kemudian bersama dengan pengasuh kegiatan itu pun mulai terwujud. Dimulai di mushola - mushola kecil di daerah purwodadi, lawang dan singosari, saat itu harinya pun belum teratur. Setelah berjalan beberapa bulan dengan di dasari permintaan pembacaan maulid yang mulai meningkat, oleh pengasuh acara pembacaan maulid di serempakkan harinya yaitu hari sabtu malam ahad ( setiap satu minggu sekali ) kemudian bersama dengan Al Ustadz Habib Anis bin syihab lawang dan Al Habib Aqil bin Ali bin Aqil Malang beliau pengasuh mulai mengadakan safari maulid berkeliling dari masjid ke masjid hingga sampai saat ini. Pada bulan Robi’ul Awwal Th 1430 H (2009 M) beliau pengasuh majelis maulid wat ta’lim Riyadlul Jannah mendapatkan isyaroh untuk mengadakan safari maulid 40 malam yang sebelumnya beliau sudah memulainya sendiri yaitu setiap bulan Robi’ul awwal beliau mengadakan pembacaan maulid simthuduror 40 malam berturut – turut dengan para santri beliau. Pada awalnya untuk menunjuk 40 tempat yang akan di tempati pada safari 40 malam tersebut beliau pengasuh menawar-tawarkan kepada ta’mir masjid di sekitar malang Raya, hal itupun tidak berjalan dengan mudah karena masih banyak orang yang belum mengenal maulid simthuduror. Setelah diadakan safari maulid 40 malam pada tahun 1430 H (2009M) jama’ah dari pada majelis maulid wat ta’lim Riyadlul jannah mulai bertambah hingga ribuan jama’ah yang mengikutinya. Akhirnya tidak seperti safari maulid 40 malam yang pertama, untuk safari maulid yang ke dua yaitu safari maulid 40 malam Th 1431 H ( 2010 M ), beberapa bulan sebelum di mulainya, jadwal 40 malam telah penuh, bahkan sampai - sampai banyak tempat yang tidak mendapatkan bagian untuk di tempati. Inilah secuil dari kisah perjalanan majelis Maulid Wat ta’lim RIYADLUL JANNAH yang semoga majelis ini akan berjalan sampai hari akhir dan dapat membentengi umat islam dari aqidah – aqidah yang tidak benar.
Website: http://riyadluljannah.org/

Memang Masih ada beberapa Majelis Besar Lainnya  yang belum saya Apdet Misalnya ,Majelis Simthud Duror, Majelis Riyadlus Sholihin,Majelis di Kalsel dll,  Majelis2 NU terbesar .

1 Komentar

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama